Selasa, 24 Maret 2009

Demokrasi Berbalut Komunis ala Rusia

Runtuhnya Uni Soviet yang menandakan berakhirnya era Perang Dingin membawa dunia berada dalam tatanan Unipolar dengan kutub utama berideologikan liberal. Kebijakan Glasnost-Perestroika yang dibawa Gorbachev justru dinilai tidak cocok diterapkan di Soviet. Terbukti dengan banyaknya negara bagian yang memisahkan diri. Ini merupakan fase awal demokratisasi di Rusia. Setelah Uni Soviet runtuh dan lahirnya Rusia oleh Boris Yeltsin demokrasi mulai tersebar di Rusia. Setelah melalui demokratisasi yang berliku-liku, baru pada masa Putin-lah Rusia mulai menunjukkan taringnya di dunia. Seperti apakah strategi demokrasi yang diterapkan Putin?
. Saat Putin ditunjuk sebagai Presiden oleh Boris Yeltsin sebagai penggantinya pada 1 Januari 2000, mayoritas rakyat Rusia tidak mengenalnya. Namun mantan anggota KGB ini berhasil membuat terkejut rakyat Rusia dan dunia pada umumnya. Masa pemerintahan Putin di Rusia dianggap oleh sebagian kalangan sebagai masa kejayaan Rusia. Rusia dianggap lulus ujian dan diakui sebagai super power lagi. Putin berhasil membuat strategi yang tepat bagi Rusia, yakni mencampur rezim otoriter tetapi berprinsip demokrasi. Berbeda seperti yang diterapkan pemimpin Rusia sebelum Putin yang berusaha menerapkan demokrasi total.
Walaupun lembaga pengamat demokrasi seperti Freedom House menggolongkan Rusia sebagai negara yang tidak bebas (otoriter). Rusia justru menjadi negara yang tergolong sejahtera. Rakyat Rusia sudah terbiasa dengan pemerintahan otoriter dan takut kembali seperti era 1990-an yang kacau. Mereka kurang peduli dengan sistem yang diterapkan Putin apakah bersifat demokratis atau tidak. Mereka hanya menginginkan kemajuan untuk Rusia, terutama dalam bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyatnya terlepas cara yang dilakukannya. Disamping itu Putin juga ahli strategi Rusia yang mengenal karakter Rusia.
Strategi yang diterapkan Putin memang membuat kagum dunia internasional. Dalam dua kali masa jabatannya (sekitar delapan tahun), sejumlah 20 juta rakyat Rusia dientaskan dari kemiskinan, sistem pendidikan dan kesehatan telah diperbaiki, industri-industri yang dinilai strategis telah dinasionalisasi, pengangguran semakin berkurang, jumlah pembayar pajak meningkat, dan utang luar negeri Rusia terlunasi dengan cepat. Tentunya ini sangat membahagiakan rakyat Rusia karena Putin dinilai berhasil memulihkan lagi Rusia dan mengembalikan reputasi Rusia dalam kancah internasional.
Menurut Susanto Pudjomartono dalam Koran Kompas edisi 8 Januari 2008, terdapat dua hal yang mendukung keberhasilan Putin. Pertama adalah kenaikan harga minyak dunia diatas 100 dolar AS per barel membuat keuntungan Rusia berlimpah, apalagi produksi minyaknya yang begitu besar yakni lebih dari 10 juta barel per hari. Kedua, kepemimpinan Putin yang tegas, tidak ragu, dan sikapnya sulit ditebak membuat hampir semua kebijakannya berhasil. Ini berbeda dengan Yeltsin yang anak dan menantunya ikut campur dalam politik. Putin dikelilingi orang-orang kepercayaan yang kebanyakan memang ahli dibidangnya.
Masyarakat Rusia seakan tidak peduli dengan sistem pemerintahan yang otoriter atau demokratis. Partisipasi politik masyarakat Rusia sejak dulu memang tergolong rendah dan bersifat elitis. Diperkirakan sekitar dua pertiga rakyat Rusia kini tidak pernah langsung berpartisipasi dalam poliik. Sehingga sampai saat ini belum muncul civil society di Rusia. Oleh karena itu, Putin merubah semua ini. Menurut strategi Putin, Rusia memerlukan negara kuat yang bisa menjamin hak individu dan masyarakat. Selama ini hak individu dan kebebasan tidak tertanam kuat di Rusia. Sebaliknya, bentuk kolektivisme dan korporasi selalu di atas hak-hak individu. Maka, paternalisme negara menempatkan masyarakat diatas hak individu. Inilah yang membedakan demokrasi yang diterapkan Putin dengan liberal dari Barat. Ada yang menyebut ini sebagai managed democracy.
Langkah pertama untuk melancarkan aksinya ini Putin menurunkan kekuasaan gubernur yang dulu dipilih oleh rakyat sekarang dipilih oleh Presiden. Meski terlihat otoriter, Putin menyangkal bahwa sebenarnya dia hanya melakukan prinsip check and balances, yakni kontrol penuh atas dirinya yang mengedepankan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu aktifitas rakyat Rusia dalam hal bisnis tidak terbatas di dalam negara saja. Banyak diantara mereka yang beraktifitas di luar negeri, dulu hal seperti ini dilarang oleh pemerintahan komunis. Kebijakan Putin yang visioner adalah mewujudkan kembali kejayaan Rusia dan berhasil menanamkan visi dan memotivasi masyarakat untuk memajukan Rusia. Sosok perwujudan pemerintahannya adalah membangun kekuatan dalam negeri dengan kekayaan alam yang masih terpendam dan sumber daya manusianya.
Putin ingin memperbaiki citra Rusia dalam forum internasional sebagaimana tercermin dalam kebijakan luar negerinya, termasuk kunjungan-kunjungan yang dia lakukan ke negara-negara Asia, misalnya Cina, India, Jepang dan Indonesia, serta keikutsertaannya dalam forum APEC baru-baru ini, untuk membangun kerjasama internasional, sebagaimana dikatakan oleh Putin bahwa Rusia dapat berhasil apabila ikut serta secara aktif proses integrasi regional.
Demokrasi yang diterapkan putin ini walaupun sedikit berbau otoriter namun tertutupi dengan kemajuan dan kesejahteraan yang diperoleh rakyatnya. Setidaknya, kepercayaan yang diberikan oleh rakyat Rusia merupakan dukungan bagi apa yang telah dilakukan oleh Putin sejak ia menjabat sebagai presiden. Satu hal yang terpenting adalah kesejahteraan masyarakat Rusia.

Referensi:
•http://www2.korankompas.com/kompascetak/0712/06/opini/4049417.htm, diakses tanggal 10 Juni 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar