Kamis, 26 Maret 2009

Beberapa Perspektif dalam Memahami Teori Kelas

Berbicara mengenai teori kelas dalam studi politik tidak terlepas dari pemikiran-pemikiran teoritisi seperti Marx dan Weber. Walaupun pandangannya mengenai kelas ini berbeda, kedua tokoh ini telah memberikan banyak kontribusi pada studi elite politik, terutama dalam memecahkan masalah konflik antar kelas. Terilhami dari Marx dan Weber, Chilcote memberikan formulasi yang berbeda untuk mempermudah memahami teori kelas, yakni berpedoman pada lima mahzab (Pluralisme, Instrumentalisme, Strukturalisme, Kritikalisme, serta Statisme dan Pertarungan Kelas) yang semuanya memberikan penjelasan tersendiri dalam memahami kelas.
Ronald H. Chilcote melihat dari pendekatan epistemologi dengan mengadopsi dari beberapa mahzab yang berbeda untuk menjelaskan teori kelas. Menurutnya, beberapa mahzab tersebut dapat menjelaskan beberapa fenomena konflik kelas yang terjadi di dunia karena masing-masing mempunyai karakter tersendiri. Misalnya, pluralisme lebih jelas dan cocok menjelaskan fenomena politik di Amerika Serikat, sedangkan instrumentalisme lebih banyak dibahas oleh kelompok penstudi politik di Inggris, strukturalisme juga telah banyak mempengaruhi pemikiran pergolakan politik di Perancis, terutama pada masa Napoleon, kritikalisme merupakan pemikiran yang banyak dimiliki oleh ilmuwan Jerman, serta mahzab statisme dan pertarungan kelas mewakili banyak teoritisi yang membahas teori kelas ini.
Pluralisme
Para ilmuwan mahzab ini umumnya membahas karakter pluralis dari politik Anglo-American. Pluralisme meyakini bahwa demokrasi pada hakikatnya berdasar pada bermacam-macam kepentingan dan penyebaran kekuasaan. Pluralisme ini berangkat dari ekonomi liberal dimana hak-hak kepemilikan individu dan kepentingan privat sangat dijunjung tinggi. Tokoh-tokoh pluralis seperti John Locke, Jeremy Bentham, James Madison, Arthur Bentley dan David Truman sering disebut sebagai teoritisi elit demokrasi. Dasar pemikiran teori elit klasik demokrasi adalah pada setiap masyarakat minoritas dalam sebuah pembuatan keputusan.
Tiga konsep dasar dari pemikiran ini adalah interest group, power dan konflik. Setiap individu harus memperhatikan dan mematuhi aturan dan norma bersama serta kepentingan dalam kelompoknya. Jika tidak demikian, maka akan terjadi konflik kepentingan dalam kelompok itu. Seseorang yang mempunyai kapasitas power yang lebih tinggi seharusnya mengayomi kelompoknya sehingga dapat mengendalikan dan mencegah adanya konflik.
Instrumentalisme
Instrumentalis berpendapat bahwa kaum elite dapat menguasai seluruh elemen masyarakat. Pembagian struktur kekuatan dalam sebuah komunitas pada dasarnya dapat dilihat dari stratifikasinya apakah termasuk upper classes atau bukan. Cara untuk mengidentifikasinya dengan beberapa indikator, yakni pendapatan, okupasi, tempat tinggal dan daya konsumsi. Mereka yang disebut sebagai upper classes dapat mengatur sesuai kehendaknya dan mereka mendominasi kekuatan dengan yang lain dan biasanya terpisah dari komunitas lower classes.
Dalam menganalisis fenomena yang ada, terutama pada konflik kelas, perspektif instrumentalisme cenderung melihat dari alat dan struktur kekuasaan dalam institusi. Banyak pihak yang mengatakan teori ini mengadopsi dari liberalisme korporasi. Sedangkan instrumentalisme marxis menurut Miliband cenderung berpedoman bahwa para eksekutif pemerintahan tak ubahnya dibawah kontrol borjuis, pemerintah hanya dijadikan instrumen untuk mencapai tujuan sesuai yang diinginkan kaum kapitalis.
Kelemahan teori ini adalah bahwa sebenarnya Marx tidak melihat bahwa kelas sosial itu bersifat dinamis dan bukan statis seperti apa yang dikatakannya.hanya mengenai instrumen dan pola produksi tetapi seharusnya mempertimbangkan faktor sosial lainnya.
Strukturalisme
Strukturalisme memandang mekanisme negara sebagai suatu aktor untuk menata kapitalis. Perspektif ini memfokuskan diri pada posisi kelas yang ada. Strukturalisme politik menurut Gramsci menekankan pada posisi hegemoni atau dominan dari kelompok sosial. Krisis hegemoni sama halnya dengan krisis otoritas atau krisis negara.
Teori tentang sistem dunia yang berdasarkan kerangka Marxisme adalah Immanuel Wallerstein tentang perkembangan sejarah perekonomian kapitalis. Wallerstein memberikan banyak tekanan pada perekonomian dunia dan cenderung mengabaikan politik internasional. Beliau mempercayai bahwa perekonomian dunia sebagai pembangunan yang tidak seimbang yang telah menghasilkan hirarki dari wilayah core, semi periphery, dan periphery. Prospek jangka panjang adalah kehancuran sistem kapitalis, sebab kontradiksi dari sistem tersebut sekarang dibiarkan pada skala dunia. Ini merupakan ancaman bagi kapitalisme global, ketika kemungkinan perluasan semuanya digunakan, upaya tanpa akhir dalam mencari keuntungan akan mengakibatkan pada krisis baru dalam perekonomian kapitalis dunia yang cepat atau lambat, akan menuju kehancurannya.
Kritikalisme
Kritikalisme dikembangkan oleh sekelompok kecil ilmuwan Jerman yang dikenal sebagai mahzab Frankfrut. Menurut teori kritis, tidak ada politik dunia atau ekonomi global yang berjalan sesuai dengan hukum sosial yang kekal. Dunia sosial merupakan konstruksi waktu dan tempat, politik internasional merupakan konstruksi khusus dari negara yang paling kuat. Pengetahuan bukan dan tidak dapat netral baik secara moral maupun politik atau ideologi. Pengetahuan membuka suatu kecenderungan menuju kepentingan, nilai-nilai, kelompok-kelompok, golongan, kelas-kelas, dan seterusnya.
Statisme dan Pertarungan Kelas
Esping-Andersen, Friedland, dan Wright (1976) berusaha menghubungkan antara pertarungan kelas, struktur negara, dan kebijakan negara. Menurutnya negara yang mengambil kebijakan untuk menganut sistem liberal kapitalis telah menciptakan adanya kelas-kelas seperti halnya yang dijelaskan Marx. Perbedaan kelas ini memicu adanya pertarungan kelas. Negara tidak bisa lagi membendung kekuatan kapitalis karena kapitalis telah menguasai struktur negara tersebut. Mahzab ini menjelaskan mengenai penyebab pertarungan kelas yang diakibatkan oleh kebijakan negara itu sendiri.
Isu dalam Menganalisis Kelas
Dalam memahami teori kelas, Chilcote memberikan indikasi untuk mengidentifikasi kelas melalui peran negara dan pengaturan kelas, mengkategorikan kelas tersebut, mengkonseptualisasikan kelas, menghubungkan landasan dan suprastruktur, serta melihat implikasi dari prekapitalis dan formasi sosial kapitalis.

Referensi :
Chilcote, Ronald. H., “The Theories of Comparative Politics”, The Search for a Paradigm, Westview Press, 1981.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar