Jumat, 11 Desember 2009

Revolusi Informasi : Kontradiksi Kultural Kapitalisme

Kaum evolusionis seperti halnya Manuel Castells, Barry Welman, dan lain lain, dengan mudah mengatakan bahwa telah terjadi perubahan pada masyarakat dari masyarakat pra-industri menuju industri kemudian berlanjut pada masyarakat informasi. Sebagai contoh, Britania Raya menguasai dunia pada abad ke-18 karena memiliki kekuasaan pada lahan pertanian yang subur di beberapa negara, kaum evolusionis menyebutnya revolusi agraria. Kedua, saat Britania Raya menguasai perekonomian dunia pada abad ke-19 karena ditemukannya mesin-mesin teknologi industri, kaum evolusionis menyebutnya revolusi industri. Ketiga, ketika para pemilik modal di Eropa Barat, Amerika Serikat dan Jepang mulai berlomba-lomba menemukan selera pasar dan berusaha menjaga reputasi brand yang dimiliki, kaum evolusionis menyebutnya dengan revolusi informasi.
Daniel Bell, yang menolak pandangan kaum evolusionis, mengatakan bahwa revolusi yang terjadi pada masyarakat tidak terlepas dari interkoneksi antara kultural, politik, dan struktur sosial yang ada. Menurutnya, beberapa revolusi yang terjadi seperti yang dikatakan kaum evolusionis, belum menyentuh perubahan pada struktur sosial yang ada. Perubahan yang terjadi lebih banyak pada aspek etika kultural semata. Pada masyarakat pra-industri, menjadi buruh tani merupakan suatu pekerjaan mulia. Sedangkan pada masyarakat industri, bekerja di pabrik menjadi suatu norma. Maka pada masyarakat pos-industrial, aspek pelayanan menjadi dominan. Daniel Bell lantas mengatakan: “Jika demikian, apa yang terjadi pada abad ke-19 tentang runtuhnya dominasi gereja oleh kaum protestan juga layak disebut revolusi pengetahuan!”. Daniel Bell yang banyak mengadopsi pemikiran Marx meyakini bahwa masih terdapat dominasi kelompok sosial tertentu dalam struktur sosial yang ada.
Keyakinan kaum evolusionis tentang adanya revolusi informasi tidak menyentuh aspek mendasar dari revolusi yang sebenarnya, yakni masyarakat itu sendiri. Perubahan yang terjadi pada efisiensi kerja atau pada sistem otomasi. Transisi dari masyarakat agraris menuju industri kemudian menuju informasi menunjukkan adanya kemajuan sistem otomasi yang terjadi, dengan ditemukan teknologi yang semakin canggih. Akan tetapi, komoditi tetap menjadi kontrol para kapitalis dan belum merubah struktur sosial masyarakat.
Douglass Kellner, dalam analisis Marxian-nya, memberikan pernyataan krusial bahwa memang telah terjadi perubahan pada masyarakat, beberapa diantaranya memang positif, namun bukan revolusi (perubahan mendasar) seperti yang diimajinasikan kaum evolusionis, terbukti bahwa kapitalisme tetap menjadi aktor utama di dalamnya. Pengetahuan menjadi berubah secara dramatis dalam kapitalisme kontemporer. Kemunculan “techno-capitalism” telah memberikan gambaran bahwa teknologi baru, elektronisasi maupun komputerisasi telah menggantikan mesin industri maupun mekanisasi sebagai aktor utama dalam proses produksi, organisasi masyarakat, dan gaya hidup. Akan tetapi kelas, kapital, komodifikasi, maupun profit tetap tidak terjadi perubahan fundamental sebagai aspek utama.
Masyarakat informasi tidak dapat terlepas olah power, control dan interest. Kapitalis tetap menjadi yang diuntungkan. Sebagai contoh, pemirsa televisi, penikmat berita, maupun pembaca blog, akan senantiasa terpengaruh oleh informasi yang diberikan pemilik “perusahaan informasi tersebut”. Jean Baudrillard mengatakan bahwa kebenaran informasi yang sebenarnya bisa tereduksi oleh kepentingan tertentu yang mengubah nilai moral dari informasi awal. Perubahan ruang aktifitas dari konvensional menjadi virtual tidak serta merta mengubah aspek fundamental dari struktur sosial masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa selama ini belum terjadi revolusi informasi pada struktur sosial masyarakat. Perubahan hanya terjadi pada aspek etika kultural dan sistem otomasi yang semakin canggih. Pada dasarnya, struktur sosial yang ada pada masyarakat informasi tetap menjadi kontrol para kapitalis sebagai produsen informasi. Tak ayal bahwa dalam “fashionable language” kaum evolusionis (revolusi informasi), hanyalah sebagai kontradiksi kultural kapitalis semata.


DAFTAR PUSTAKA

  • Kellner, Douglas, 1989, Critical Theory, Marxism and Modernity, Cambridge: Polity.

  • Ross, George, 1974, The Second Coming of Daniel Bell, Milliband and Saville.

  • Webster, Frank, 1995, Theories of the Information Society, London: Routledge publisher.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar