Jumat, 11 Desember 2009

Filterisasi Informasi : Manipulasi Media Komunikasi


Peter Wilkin mengemukakan adanya dua faktor penyebab industri komunikasi menjadi ‘mengglobal’, faktor tersebut adalah kemajuan teknologi informasi dan hubungan antara kekuatan sosial dengan komunikasi global. Kemudahan dan kecepatan mengakses berita telah memanjakan konsumen informasi untuk mengetahui peristiwa dengan cepat. Sedangkan peran kekuatan sosial, seperti negara dan non-negara yang mempunyai pengaruh besar, serta model ekonomi politik yang diterapkan di negara tersebut, menjadi tolok ukur netralitas media komunikasi tersebut.
Manipulasi Informasi: Sebuah Cara Industri Komunikasi
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Noam Chomsky yang lebih pesimis memandang adanya netralitas media. Menurutnya, semua media massa telah menyebarkan informasi yang telah mengalami filterisasi. Akibatnya pembaca berita yang merupakan bagian dari kelas politik menjadi terkontrol opininya oleh media tersebut. Dalam bidang politik, Eduard Depari mengemukakan keistimewaan media, diantaranya adalah (1) melaporkan peristiwa politik kepada publik, (2) melakukan agenda setting, yakni menentukan isu-isu tertentu yang perlu ditanamkan, (3) mengembangkan opini publik, (4) mengukur opini publik melalui polling dan melaporkannya kembali kepada publik.
Media jelas mempunyai arti penting dalam proses politik. Siapa yang menguasai media akan mampu menyetir opini publik agar sejalan dengan pikirannya. Media juga mampu menggerakkan publik untuk mendukung atau menolak kebijakan pemerintah. Sebaliknya, media pun bisa dijadikan alat pemerintah dalam menyosialisasikan kebijakan-kebijakannya dengan harapan agar publik mendukung pemerintah. Tentu saja media yang mempunyai reputasi baik dalam lingkup internasional juga dapat membentuk opini publik di negara lain.
Pemilahan Opini Dunia
Pernyataan selanjutnya mengenai adanya pembentukan opini dunia dengan adanya media massa dalam skala internasional. Opini publik memang terbentuk sejalan dengan berita yang disampaikan, namun tidak berarti media dalam skala internasional tersebut selalu mengkontrol opini dunia. Kecanggihan teknologi menyebabkan penikmat berita dapat memilih media massa yang diyakini dapat menyajikan berita sesuai keinginannya. Contohnya adalah ketika CNN menyajikan berita tentang serangan Amerika di Irak dan Afghanistan, CNN yang merupakan media dengan reputasi terbaik ternyata tidak mendapat simpati dunia karena publik telah dapat menilai netralitas media tersebut dalam menyampaikan berita. Justru media setempat (Al-Jazeera) yang mendapat perhatian dunia.
Ini membuktikan bahwa media yang mempunyai reputasi baik di dunia belum tentu bisa membentuk opini dunia. Manusia pada umumnya masih terpisah dalam jaringan-jaringan atau organisasi tertentu. Barry Wellman menjelaskan konsep network society bahwa masyarakat hidup dalam sebuah jejaring sosial tertentu yang akan membuat manusia terpisah dengan jejaring yang lain.dan menimbulkan “networked individualism”. Tiga poin penting yang dipaparkan oleh Wellman adalah komunitas, aktifitas dan organisasi. Menurutnya sebuah organisasi akan dapat berkembang pesat dengan adanya networked individualism karena anggota-anggotanya akan merasa terikat dengan sendirinya dengan mengangkat isu spesifik. Pemilahan kelompok ini membuat perbedaan adanya penyajian berita oleh media.
Namun, dalam situasi tertentu, media dapat berperan positif bagi manusia. Seperti contohnya isu kemanusiaan, media dapat mempengaruhi publik dalam hal penggalangan dana kemanusiaan maupun misi perdamaian.
Media vs Network Society
Globalisasi berkaitan dengan pemakaian produk industri dan teknologi, seperti pertumbuhan pariwisata internasional, perusahaan penerbangan, produk coca-cola dan Mc Donalds maupun jaringan baru elektronik seperti internet dan satelit komunikasi. Dengan kata lain, globalisasi tidak hanya brand, tetapi juga sebuah proses, sebuah media dan pengetahuan. Ini merupakan bukti bahwa media berperan besar dalam globalisasi. Kekuatan media dibutuhkan sebagai pembentuk opini masyarakat oleh negara.
Perubahan justru terjadi ketika munculnya kemajuan teknologi dalam mengakses informasi. Semakin banyaknya media yang dapat di kontrol oleh kepentingan tertentu atau filter dari pemerintah membuat berkurangnya kredibilitas media tersebut dimata konsumen. Selain itu, berkembangnya situs jejaring pertemanan membuat ruang tersendiri bagi proses produksi-konsumsi informasi.
Perubahan akses informasi yang semula vertikal (dari media kepada konsumen) berubah menjadi horisontal (sesama penikmat berita) dengan semakin pesat berkembangnya situs jejaring pertemanan. Rupert Murdoch menjelaskan bahwa facebook dan twitter sering mengalahkan Associated Press dalam hal kecepatan melansir berita. Sejak facebook dan twitter marak, ketika sebuah peristiwa terjadi dan media massa belum melansir/melaporkan beritanya, justru berita itu sudah muncul dalam situs pertemanan tersebut. Media massa akan tenggelam jika tidak mengikuti selera konsumen, untuk itu media harus membaur dengan jejaring sosial tersebut agar kembali dipercaya oleh konsumen berita.
Ini berarti bahwa individu yang tergabung dalam network society berperan utama dalam penyajian suatu berita. Global media tidak lagi menjadi kontrol oleh pemerintah maupun kapitalis, tetapi juga mempertimbangkan aspek netralitas demi perbaikan reputasi dimata konsumen berita. Dengan demikian eksistensi media massa kembali menggeliat menjadi skala global dan menjadi penentu opini dalam industri informasi.



REFERENSI :

  • Chomsky, Noam, 2001, You Are Being Lied To – The Disinformation Guide, New York: The Disinformation.Ltd.
  • Giannachi, Gabriella, 2007, The Politics of New Media Theatre Life, New York: Routledge.
  • Kustiya, Leak & Tatang Mahardika, Murdoch Kritik Pembajakan di Tiongkok, Jawa Pos, 10 Oktober 2009.
  • Mubah, A. Safril, 2007, Menguak Ulah Neokons: Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Stearns, Peter N., 2005, Global Otrage: the Impact of World Opinion on Contemporary History, Oxford: Oneworld Publication
  • Wellman, Barry, 1988, Structural Analysis: From Method and Metaphor to Theory and Substance, Cambridge: Cambridge University Press.
  • Wilkin, Peter, 2001, The Political Economy of Global Communications: an Introduction, London: Pluto Press.

1 komentar:

  1. Mardi Gras Casino & Hotel - Mapyro
    The Mardi Gras Casino & Hotel features 2,700 slots, 60 table 사천 출장샵 games 군포 출장안마 and a 75,000-square foot 김천 출장마사지 gaming floor. The 포천 출장샵 resort features a full-service spa, 제주 출장안마 a health club,

    BalasHapus